Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio
GreNoLi , yang terdiri atas
Gunnar Gren ,
Gunnar Nordahl , dan
Nils Liedholm.Ketiganya merupakan pemain asal
Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai
striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (
playmaker). Tim pada masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti
Lorenzo Buffon,
Cesare Maldini, dan
Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta
5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan
Gunnar Nordahl mencetak
hat-trick.
Milan kembali memenangi musim
1961/
1962. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik
catenaccio(pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk
Gianni Rivera dan
José Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal sebagai
Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan
Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa.
[sunting]Scudetto kesepuluh dan Seri B
Pada tahun
1970, Milan merebut tiga gelar
Coppa Italia dan gelar
Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah
scudettokesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang" untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di
1972 mereka meraih semifinal
Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya,
Tottenham Hotspur. Musim
1972/
1973mereka hampir memenangkan
scudetto kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan dari
Hellas Verona F.C. di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim
1978/
1979 untuk meraih
scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh
Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia
sepak bola setelah membawa timnya meraih kemenangan tersebut.
[sunting]The Dream Team
[sunting]Kedatangan Berlusconi
Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh
enterpreneur Italia,
Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada
1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan,
Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain
Belanda,
Marco van Basten,
Frank Rijkaard, dan
Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti
Roberto Donadoni,
Carlo Ancelotti, dan
Giovanni Galli.
Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih
Italia,
Fabio Capellodijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai
Gli Invicibli (The Invicibles) dan
Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan
Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik,
Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan
Dejan Savićević,
Zvonimir Boban, dan
Daniele Massaro bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal
Persib Bandung. Pertandingan yang dimulai di
Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal
4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savićević ('17)('18),
Gianluigi Lentini ('26),
Paolo Baldieri ('27)('48)('58),
Christian Antigori ('68), dan
Stefano Desideri ('78).
[sunting]Masa masa sulit (Tabarez ke Terim)
- 1996-1997
Setelah kepergian
Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut
Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di
Seri A, dipermalukan oleh
Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti
Ibrahim Ba,
Christophe Dugarry dan
Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim
1996-
1997 di peringkat kesebelas di Seri A.
- 1997-1998
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti
Christian Ziege,
Patrick Kluivert,
Jesper Blomqvist, dan
Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim
1997-
1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.
- 1998-1999
Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru,
Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer
Udineseyang telah mengakhiri musim
1997-
1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese,
Oliver Bierhoff dan
Thomas Helveg. Milan juga menandatangani
Roberto Ayala,
Luigi Sala dan
Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan
scudetto ke-16 kembali ke Milan.
Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
- 1999-2000
Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti
The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya
striker Ukraina
Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam
Liga Champions UEFA 1999-
2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing
scudetto kala itu,
S.S. Lazio dan Juventus.
- 2000-2001
Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk
Liga Champions UEFA 2000-
2001 setelah mengalahkan
Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan
Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol
FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia,
Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk
Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan
Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat.
Cesare Maldini, ayah dari kapten tim
Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas
A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda,
Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana
Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk
Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang
Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat keenam.
- 2001-2002
[sunting]Era Ancelotti
Terim digantikan oleh
Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang
Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions.
Starting XI pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama
adu penalti di
Manchester,
Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus menempatkan penyerang
Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, maka
rossoneri-pun semakin ditakuti.
[sunting]Pasang surut 2006-2008
Milan saat menghadapi corner di suatu pertandingan musim
2005/
2006
Pada musim kompetisi Liga Italia
Seri A 2006/
2007, Milan terkait dengan skandal
calciopoliyang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol
Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan,
Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia,
Ronaldo dari
Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda
Marco Borriello dihukum karena terbukti doping. Musim
2007/
2008, Milan terpaksa bermain di kompetisi
Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin. Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas
Udinese, tapi di saat bersamaan,
Fiorentina juga menang atas
Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di musim berikut (2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya
Mathieu Flamini dari
Arsenal, serta
Gianluca Zambrotta dan
Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan mendatangkan
David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepak bola Amerika Serikat LA Galaxy.
[sunting]Pasca-Ancelotti
Pada akhir musim
2008/
2009,Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga
Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota,
Internazionale yang meraih
scudetto dan di bawah
Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an,
Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang "hijrah ke London", tepatnya klub
Chelsea F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
Masalah terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain. Pada bulan
Juli dan
Agustus 2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu
Oguchi Onyewuyang merupakan seorang mantan bek
Standard Liège dengan status
bebas transfer dan
Klaas-Jan Huntelaar bekas penyerang
Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta
Euro. Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai kekecewaan, pemain anyar yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung bulan
Agustus.
Pertengahan
Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan
AS Roma 2-1 di San Siro
[3]. Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di
Stadion Santiago Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas
Real Madrid 3-2
[4]. Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas
Chievo Verona di
Stadio Marc'Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada
1 November 2009, Milan mengalahkan
Parma F.C. di San Siro 2-0
[5] sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions terakhir). Pada
19 November 2009, kekalahan 0-2
Juventus F.C. dari
Cagliari membuat Milan berada di posisi
runner-up di bawah
Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya dengan
Catania, 2-0
[6].
Memasuki bagian akhir musim Serie A
April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali berturut-turut dari
Sampdoria 2-1, dan dari
Palermo dengan skor 3-1. Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada pertandingan di
giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara Milan melawan
Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro
[7], sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi
rossoneri, dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan.
[8] Sejak mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada
25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan untuk memilih
Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.
[9]
[sunting]Era Allegri, Scudetto ke-18
Musim
2010/
2011, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari sponsor (bwin.com digantikan
Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa transfer, secara mengejutkan Milan memboyong
Zlatan Ibrahimovic dari
F.C. Barcelona(dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan
Robinho dari
Manchester City. Awal musim, Milan dikejutkan dengan kekalahan 0-2 dari tim promosi
A.C. Cesena, meski dalam pertandingan tersebut baik Ibrahimovic maupun Robinho memulai debutnya. Pada pertandingan
derby tanggal 14 November 2010, Milan mengalahkan
Internazionale di
Giuseppe Meazza dengan gol tunggal penalti Ibrahimovic. Pada transfer paruh musim, Milan memboyong sejumlah pemain anyar seperti
Antonio Cassano dari
U.C. Sampdoria,
Mark van Bommel dari
Bayern München, dan
Nicola Legrottaglie dari
Juventus F.C.. Di ajang
Liga Champions, Milan yang berhasil menembus babak penyisihan grup dipermalukan
Tottenham Hotspur dengan skor 0-1 di San Siro. 13 Maret 2011, Milan mengalami hasil seri 1-1 dengan penghuni dasar klasemen
A.S. Bari, minggu berikutnya 19 Maret, Milan dipermalukan
U.S. Città di Palermo 0-1 di
Stadion Renzo Barbera. Kekalahan tersebut membuat jarak poin dengan posisi 2 Internazionale berkurang menjadi 2 poin, dan itu terjadi tepat sebelum
derby Milan putaran kedua. 2 April,
derby antara Milan dan Inter berlangsung di San Siro, berakhir dengan kemenangan Milan 3-0, berkat 2 gol Pato dan 1 gol Cassano. Pada 7 Mei 2011, Milan meraih hasil imbang 0-0 dengan
A.S. Roma, 1 poin tambahan hasil seri membuat poin Milan menjadi 78 poin, tak terkejar peringkat 2 Inter karena kalah
head-to-head, dan membuat Milan meraih gelar juara Serie A atau
scudetto yang ke-18
[10]. Pada
6 Agustus 2011, Milan bertemu kembali dengan Inter dalam rangka pertandingan
Piala Super Italia, Milan sebagai juara Serie A bertemu Inter sebagai juara
Piala Italia. Milan memenangi pertandingan tersebut 2-1 melalui gol Ibrahimovic dan Boateng, sementara gol Inter dicetak oleh
Wesley Sneijder, membuat Milan unggul 1 Piala Super (6) dari Inter (5)
[11].